Ikatan
Jamaah AhlulBait Indonesia (IJABI) sebagai Gerakan Sosial-Keagamaan*)
A M Safwan**)
Mukaddimah
Perjalanan sejarah nusantara hingga republik kita hari ini ditandai dengan
berbagai unsur kebudayaan yang berinteraksi dengan paham keagamaan yang
masuk. Salah satu yang menonjol dan sering menimbulkan banyak perdebatan
adalah tradisi masyarakat di nusantara dalam sejarah Islam awal di nusantara.
Sehingga polemik sejarah itu tak kunjung usai antara fakta dan mitos.
Dalam konteks sejarah perkembangan gerakan ahlulbait atau lebih spesifik
paham keagamaan syi'ah di nusantara, kita mendengar dan membaca ada kesan
yang tidak tuntas. Tidak sedikit yang mendukung analisis bahwa perkembangan
Islam di Indonesia pada awalnya adalah dipelopori oleh Islam syi'ah, tetapi
terdapat juga pandangan yang melihat adanya hipotesis tersebut oleh karena
merunut pada kesamaan tradisi saja tanpa
memiliki signifikansi dengan kerangka teologi dan ideologi politik syi'ah.
Contoh yang paling sering dikutip adalah tradisi perayaan hari Asyura,
peringatan syahidnya Imam Husain as. di Padang Karbala pada tanggal 10
Muharram 61 H, peringatan ini di Aceh dikenal bahwa bulan tersebut sebagai
bulan "Asan Usen", di Sumatera Barat dikenal sebagai "bulan tabuik", di
Jawa sebagai bulan "Suro". Untuk pembahasan yang detail lihat artikel
Azyumardi Azra, Syi'ah di Indonesia; Antara Mitos dan Realitas, Jurnal
Ulumul Qur'an No. 4,Vol.VI, Tahun 1995.
Apapun, sejarah kebudayaan Islam di Indonesia memiliki tradisi seperti
dalam tradisi ahlulbait dan bahkan isi kebudayaan mereka misalnya tidak
lepas kepada pengkhidmatan kepada AhlulBayt Nabi as. Persoalan apakah
itu dibentuk dan dikembangkan oleh kaum Syi'ah atau tidak tidak menjadi
masalah. Kita tidak mementingkan klaim tetapi nilai sebuah kebudayaan
itu sendiri.
Gerakan AhlulBait di Indonesia Kontemporer
Di Indonesia kontemporer, perkembangan gerakan AhlulBait tidak bisa dilepaskan
dari pengaruh Revolusi Islam Iran 1979 yang dipimpin oleh Imam Khomeini
yang merupakan seorang pencinta AhlulBayt dari kalangan Syi'ah Imamiyah.
Pengaruh revolusi ini begitu kuat terutama dengan publikasi-publikasi
tulisan Ali Syari'ati, Murtadha Muthahhari dan Imam Khomeini sendiri ke
dalam bahasa Indonesia yang mendapat respon besar dari pembaca Indonesia,
terbukti dari ramainya perbincangan mengenai revolusi dan dasar
pemikiran Imam Khomeini mulai paruh tahun 1980.
Salah satu tokoh intelektual di Indonesia yang kemudian banyak menjadi
referensi dalam perbincangan mengenai Iran dan Syi'ah oleh publik kita
adalah Dr. Jalaluddin Rakhmat, M.Sc. Dia banyak menulis dan memberi tanggapan
mengenai pemikiran Syi'ah dan juga menjadi pembicara dalam berbagai seminar
di Indonesia. Oleh karena itu peran besar Jalaluddin Rakhmat tidak dapat
dilepaskan dalam perkembangan ahlulbait di Indonesia.
Penerbitan yang bertema sekitar madzhab ahlulbayt ini juga sangat intens,
awalnya oleh penerbit Mizan, terus berkembang dan didukung oleh penerbit
lainnya, misalnya, Pustaka Hidayah dan Lentera. Penerbit Mizan sendiri
misalnya menerbitkan buku Dialog Sunnah Syiah yang dicetak hingga beberapa
kali. Penerbitan buku-buku bertema ahlulbait (berbahasa Indonesia) hingga
kini terus saja berlangsung, tidak kurang dari 373 judul yang telah diterbitkan
mengenai AhlulBayt oleh 59 penerbit yang ada di Indonesia hingga Februari
2001 (Sumber : Pusat Data AhlulBait Indonesia Yayasan RausyanFikr) . Berikut
ini tabel penerbitan buku bertema ahlulbait oleh 4 penerbit besar.
Penerbit Dengan Jumlah Judul Buku Terbanyak NO. Nama Penerbit Jumlah Judul
1. Pustaka Hidayah 60
2. Mizan 56
3. Lentera 50
4. YAPI Jakarta 31
Sumber : Pusat Data AhlulBait Indonesia
Yayasan RausyanFikr
Pengiriman pelajar ke Hawzah Ilmiyyah (semacam pondok pesantren) Qum,
Iran, juga terlaksana dan hingga kini pengiriman pelajar terus berlangsung
demikian hal dengan kembalinya beberapa pelajar yang kemudian mengajarksn
pemikiran ahlulbait di Indonesia, mereka berpartisipasi melalui kelompok
pengajian dan yayasan yang dibentuk oleh para pencinta ahlulbait karena
didorong oleh kepentingan perkembangan jamaah dan kebutuhan untuk melakukan
sosialisasi pemikiran ahlulbait secara terorganisasi. Berikut ini adalah
data perkembangan gerakan ahlulbait melalui yayasan dan kelompok pengajian
Jenis Kegiatan Jumlah Yayasan 36
Kelompok Pengajian 43
Sumber : Pusat Data AhlulBait Indonesia Yayasan RausyanFikr
Penyebaran kelompok pengajian dan yayasan-yayasan ahlulbait di Indonesia
dapat dilihat melalui tabel berikut ini :
Daerah Jumlah
TK I (Propinsi) 21
TKII (Kabupaten/Kota) 33
Sumber : Pusat Data AhlulBait Indonesia Yayasan RausyanFikr
Faktor globalisasi dan iklim sosial-politik Indonesia tentunya sangat
mendukung perkembangan tersebut. Secara global, lahirnya berbagai madzhab
pemikiran sosial di dunia menunjukkan kepentingan untuk mencari solusi
akan berbagai permasalahan manusia yang ternyata, katanya, banyak pemikiran
yang ada sekarang tidak mampu menjawabnya. Oleh karena itu, lahir dan
berkembangnya berbagai wacana keagamaan menjadi bahan yang menarik bagi
banyak kalangan.
Dalam konteks Indonesia, kita melihat mulai meningkatnya jumlah masyarakat
yang terdidik secara modern tetapi memiliki social origin Islam. Hal ini
memungkinkan sekali adanya penggalian wacana keagamaan kita secara kritis
dan terbuka serta positif dan historis.
MUNCULNYA IJABI
Pada tanggal 1 Juli 2000 di Gedung Merdeka Bandung dideklarasikanlah berdirinya
organisasi massa Ikatan Jamaah AhlulBait Indonesi. Ormas ini dipelopori
oleh tokoh intelektual Indonesia Dr. Jaluluddin Rakhmat, M.Sc yang kini
duduk sebagai ketua Dewan Syuro'. Kang Jalal (akrab disebut demikian)
yang pakar komunikasi ini juga dikenal sebagai cendikiawan muslim Indonesia.
Kang Jalal mendirikan bersama beberapa orang diantaranya dua orang doktor
dari ITB yaitu Dimitri Mahayana dan Hadi Suwastio Pendirian IJABI tersebut
tentunya didasarkan pada perkembangan yang digambarkan di atas. IJABI
terdaftar secara resmi di Departemen Dalam Negeri melalui Direktorat Jendral
Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat nomor : 127 Tahun 2000/D.I
tanggal 11 Agustus 2000.
Pendirian
dan pengembangan IJABI ini memang banyak dipelopori oleh para pencinta
ahlulbait dari kalangan Syi'ah (imamiyah) tetapi misi IJABI adalah menghimpun
seluruh pencinta ahlulbait dari kalangan manapun untuk melakukan kerja-kerja
pemberdayaan mustadha'afin dan pencerahan pemikiran umat, yang tampaknya
dengan ormas yang ada sekarang akan sulit efektif karena banyaknya kontaminasi
politik yang bias konflik politik..
Tujuan IJABI secara eksplisit dijabarkan dalam AD/ART, salah satu keunikan
tujuan itu adalah mengenalkan dan menyebarkan ajaran Islam yang diriwayatkan
melalui jalur keluarga Nabi SAWW.
Keunikan inilah yang menantang ormas ini untuk membuktikan bagaimana epistemologi
dan implikasi aksiologis dari kecintaan kepada AhlulBait Nabi SAWW. Dengan
asas kecintaaan kepada AhlulBait Nabi SAWW, IJABI merumuskan metode pergerakannya
dengan pendekatan cinta (tasawwuf, irfan). Pendekatan ini adalah kajian
tasawuf -filosofis, jadi
pengembangan konsep cinta itu dibentuk oleh dasar-dasar teologis-rasional.
Dalam kajian ahlulbait, pengembangan gerakan sosial manusia dibentuk oleh
gerakan yang berkembang dalam diri manusia sendiri. Pengenalan terhadap
diri adalah kunci mengenal Allah SWT. Pengenalan kepada Allah SWT tidak
dapat hanya melalui wahyu semata (tekstualitas nash) tetapi juga dengan
kebenaran akliah.
Secara sederhana, pengembangan gerakan sosial harus didukung bukan saja
oleh perangkat analisis sosial dan dukungan masyarakat tetapi juga harus
didukung oleh manusia yang takzim kepada Allah SWT dan Rasulullah SAWW.
Di sinilah peran Imamah (kepemimpinan) menjadi kajian selanjutnya yang
harus dipahami oleh para pencinta ahlulbait dengan dasar-dasar teologis-rasional.
Dalam konteks itu, maka sikap terhadap keberagaman adalah terbuka, karena
kita percaya keterbukaan adalah syarat untuk menguji sebuah pemikiran.
Pengujian ini sesungguhnya inheren dalam kritisisme
ahlulbait sebagaimana dalam gambaran penantian (okultisme) kepada Al-Mahdi
as.
Demikian gambaran singkat mengenai perkembangan gerakan ahlulbait di Indonesia
dan serba sedikit tentang analisis pergerakannya.
Wallahu'alam bi al-Shawab
-------------------------------------------------
*) Di Sampaikan dalam Diskusi Panel bertema "Khazanah Keberagaman
Islam, Bagaimana Memahami
dan Mensikapinya, Dilaksanakan oleh HMI Teknologi Pertanian UGM, Yogyakarta,
21 Februari 2001.
**) Pengurus Wilayah IJABI Yogyakarta
|